Sabtu, 17 September 2016








Alhamdulillah...

Hari baru...

Episode baru...





Bersyukur karena hari ini masih dapat menikmati sinar mentari pagi yang ramah menyapa penduduk bumi. Bersyukur karena masih bisa menikmati setiap hembusan nafas yang tak harus kita bayar. Bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk melalui sebuah episode saerial berikutnya. Semoga lembar-demi lembar episode berikutnya akan tertulis dengan indah dan membawa manfaat untuk sesama. 
Hidup kita di dunia ini laksana potongan-potongan episode dari sebuah film kehidupan. Setiap orang memiliki episode kisah hidupnya sendiri-sendiri. Kisah yang sangat beragam. Mulai dari kisah indah, bahagia, menyenangkan, menyedihkan dan menyeramkan. Semua itu adalah kisah-kisah yang harus kita jalani dari Sang Pembuat Skenario yang Maha Agung. Memang, jalan hidup setiap orang berbeda-beda. Maka tak heran, episode kisah kehidupan mereka juga berbeda dan beragam jenisnya. Tidak ada alasan bagi kita untuk menyia-nyiakan setiap episode hidup didunia ini. Nikmatilah setiap episode hidup bersama Sang Pemilik nikmat dan kehidupan itu sendiri 

Pada episode kehidupan yang indah, kita bisa tertawa dan bersyukur terhadap apa yang kita raih. Inilah masa dimana kita bisa menabung lebih banyak kebaikan untuk memperbanyak bekal kita. Menabung dan memperbanyak pundi-pundi rekening kebaikan kita. Agar masa ini lebih bermakna maka kita bisa menjadikannya setiap detiknya untuk berbagai hal yang membawa kita lebih dekat denganNya. 
Adakalanya episode keburukan pun akan datang  dalam kehidupan kita. Ini saatnya kita bersabar. Merenungi setiap nikmat yang sudah pernah singgah dalam kehidupan kita. Sekali-kali Allah pun ingin memberikan kita sarana agar kita selalu ingat kepadaNya. Inilah cara Allah untuk mengungkapkan cintaNya pada kita. 
Episode-episode dalam usia  yang kita jalani ini adalah ladang yang kelak akan kita petik hasilnya di masa yang kekal nantinya. Jika kita menanamnya dengan kebaikan maka kita pun akan memetik buah dari kebaikan yang kita tanam, begitu juga jika ketika kita menanam sebaliknya. 

Kehidupan kita terbatas dan bisa dihitung dengan tahun, bulan, hari dan detik tanpa kita bisa menambah atau mengurangi sedetikpun. Itulah mengapa dalam kitabNya yang mulia , Al Quran, Tuhan kemudian sampai bersumpah dengan waktu. Berarti waktu itu adalah sesuatu yang sangat penting. Waktu yang kemudian bisa saja membawa kerugian buat hamba-hambanya kecuali bagi mereka yang bisa menghargai waktu dengan berbuat kebaikan dan hal yang bermanfaat dalam setiap detik perjalanan episode kehidupannya......
Selamat datang episode baru......
* pengingat untuk selalu bersyukur

Kamis, 15 September 2016

Tradisi Moci Tegal 
Yang Hangat dan Menghangatkan



Moci atau tradisi minum teh sudah lekat dengan kota Tegal. Tradisi yang hangat sehangat seduhan tehnya. Moci di sini maksudnya adalah minum teh yang dihidangkan dengan seperangkat poci/teko/ketel yang terbuat dari tanah liat. Orang-orang tegal biasa menyeduh teh dalam poci dengan teh yang wasgitel (wangi, sepet, legi dan kentel). Inilah teh khas tegal yang mempunyai ciri wangi, sepat (tidak terlalu pahit, tidak terlalu hambar), manis dan kental. 
Aroma wangi karena teh telah bercampur dengan bunga melati. Rasa sepat berasal dari komposisi teh yang tidak hanya berasal dari daun teh tapi tangkainya pun ikut diolah. Cita rasa yang dihasilkan adalah sedikit pahit tapi tidak hambar. Manis dan kentalnya berasal dari gula batu. Inilah yang membedakan teh Tegal dengan teh kota lain. Di Tegal, minum teh poci ini biasanya dicampur dengan gula batu. Gula batu ini lama kelamaan akan mencair dan teh akan mengental. Perpaduan teh dan gula batu akan membuat moci berasa kental dan manis.
Tradisi moci ini terbilang unik karena dari sisi sosial, moci adalah ajang kumpul-kumpul dan silaturahim bagi orang-orang Tegal. Orang-orang Tegal sambil moci kemudian akan ndopok (ngobrol) sambil duduk melingkar. Sebuah tradisi yang bermanfaat karena akan saling mengakrabkan satu sama lain.
Sisi lain yang bermanfaat dari tradisi moci ini adalah tradisi nyangking gula teh saat berkunjung ke rumah saudara. Biasanya orang Tegal kalau akan berkunjung ke rumah saudaranya akan nyangking gula teh. Maknanya adalah saling berbagi dan rasa gotong royong. Itulah tradisi hangat yang terkandung dalam filosofi tradisi moci. hangat dan menghangatkan. Akrab dan mengakrabkan. Tradisi Tegal Laka-Laka. 
Bagi orang Tegal, teh juga bukan sekedar bahan baku untuk membuat minuman, melainkan juga sebagai cendera mata. Ketika seseorang menggelar hajatan, maka teh akan dikemas sedemikian rupawan hingga bisa dibagikan kepada tamu sebagai kenang-kenangan. Itulah bentuk cinta orang Tegal terhadap teh.

Begitu dekatnya teh poci dengan warga tegal sehingga teh poci kemudian menjadi ikon Tegal. Kalau Anda memasuki kota Slawi ataupun Tegal maka anda akan disambut dengan ikon poci dan cangkirnya. Dan teh inilah yang kemudian menggiatkan perekonomian di Tegal melalui pabrik-pabrik teh yang ada. 
Jadi, apabila anda kebetulan mampir di Tegal, jangan lupa untuk menikmati moci khas Tegal ditemani dengan sepiring tahu aci yang gurih-gurih nyoi. Ketika anda nyruput secangkir teh Tegal anda akan menikmati sensasi kehangatannya, sehangat penduduk kota Tegal yang Laka-Laka......

Kamis, 01 September 2016

Ayah Mencintai Kita Dengan Caranya


 Sejauh ini kita berjalan, kita dikaruniai kebersamaan hidup dfengan seorang ayah. Seorang ayah yang kita sadari atau tidak telah memberi sentuhan pada karakter kita, pada kehidupan kita.
Cinta ayah pada kita terkadang tidak kita sadari karena cara ayah mencintai kita dengan sederhana. Itulah mungkin mengapa sejak kecil merasa bahwa perlakuan ayah berbeda dg ibu.
Mungkin ayah kita tak selalu ada mendampingi kita seperti ibu tapi ketiadaanya adalah karena cintanya agar kita bisa hidup layak. Ayah dan ibu sama-sama mencintai kita anaknya tapi mungkin cara mereka mencintai kita yang berbeda. Mungkin kebanyakan dari kita alan lebih dekat ke ibu ketimbang ayah kita.
Sekarang bayangkan....nun jauh disana dikampung halaman kita, disebuah rumah dimana kita dibesarkan, sekarang ayah sedang duduk dikursi tuanya. Coba pandangi wajah ayah kita. Wajah yang dulu gagah kini telah menua. Wajah yang dulu semangat bekerja keras demi untuk sepeda baru kita, sepatu sekolah kita, baju lebaran kita ataupun ayunan dari ban yang dibuatkan untuk kita agar bisa bergelantungan dipohon mangga. Sekali lagi pandangi wajah tuanya..bayangkan kita bisa memandangnya lebih dekat.
Kemudian pegang tangan ayah kita yang mulai keriput. Tangan yang dulu menggendong kita, menyuapi kita atau bahkan mengajari kita bersepeda atau motor. Tangan yang dulu kokoh dan kuat yang kadang-kadang pernah melayang mendarat di tangan kita karena kebandelan kita. Tangan yang dulu pernah mengelus rambut kita kalau kita sedang sedih...
Lalu peluklah ayah kita...peluk dengan segenap penyesalan krn dulu pernah membantah nasihatnya, mungkin pernah membentaknya, pernah membuatnya menangis karena kelakuan kita di waktu kecil. Peluk ayah kita lebih erat..rasakan butir2 hangat menetes di wajahnya..sambil bisikan "bapak, terima kasih untuk semua pengorbanmu"...
Mungkin ayah kita bukan sosok yang sempurna. Tapi yakinlah sayang dan cintanya jauh lebih besar dari cinta dan sayangmu padanya. Memang ayah tak pernah mengatakannya..namun dari doa-doanya rasa cinta itu diwujudkan.
Kini, pria tua itu tak mampu berharap apa2..hanya doa yang mengalir dari sujud2 panjang anaknya. Doa adalah cara kita memeluknya dari jauh. Doa adalah cara kita menyapanya dari jiwa.
Ya robb...ampuni dosa kedua orangtuaku, sayangila
Sungguh hanya itu yang dia harap..harapan sederhana dari seorang ayah yang mencintai kita dengan caranya yang berbeda....