Rabu, 10 Agustus 2016

Bermain Bukan Sekedar Main-Main

Bermain… jika mendengar kata itu, apa yang kira-kira akan terbersit di dalam benak anda?
Bisa jadi, anda akan menghubungkannya dengan sesuatu yang menyenangkan atau mungkin anda kaitkan dengan anak-anak.
Bermain seringkali hanya dipersepsikan sebagai kegiatan yang bersifat rekreasi atau hiburan. Bahkan, mungkin saja ada yang beranggapan bahwa bermain itu hanya sekedar main-main dan buang-buang waktu saja.
Padahal, jika kita mau menggali lebih dalam, hal pertama yang wajib kita pertanyakan adalah, “Apakah bermain yang dilakukan oleh anak-anak hanya sekedar untuk mendapatkan kesenangan semata?”. Tidak! Itulah jawabannya. Mengapa demikian? Karena jika kita mengacu pada kajian psikologi, dikatakan bahwa bermain memiliki peran yang sangat penting bagi anak, terutama pada usia dini, karena melalui bermain seorang anak dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan mereka, seperti halnya aspek fisik, sosial emosional dan kognitif. Bermain juga dapat membentuk belajar yang efektif karena dapat memberikan rasa senang, sehingga dapat menimbulkan motivasi anak untuk belajar. Jean Piaget, juga mengungkapkan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan kiri secara seimbang.

Berdasarkan kajian-kajian di atas, apakah kita, sebagai orang dewasa atau orangtua masih beranggapan bahwa bermain itu tidak penting atau tidak serius? Seringkali, orangtua bahkan melakukan intervensi atau sebaliknya, memberikan batasan-batasan yang cenderung berlebihan terhadap kegiatan bermain anak. Alhasil, tuntutan serta kritikan atau “penghakiman” acap kali dihadapkan pada anak-anak, yang sebenarnya justru akan menjadi beban dan hambatan bagi mereka. Bermain bagi anak sudah seharusnya menyenangkan, memberikan tantangan, serta menghasilkan kepuasan. Bermain juga melibatkan unsur kebebasan, seperti kebebasan dalam berekspresi, bereksplorasi, bergerak, berkreasi dan berimajinasi. Dalam lingkup pendidikan anak usia dini, seorang pendidik diharapkan mampu memberikan kesempatan dan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk melakukan aktivitas bermain. Selain itu, lembaga pendidikan usia dini juga dituntut untuk mampu mengklasifikasi program yang progresif serta menyediakan peralatan bermain yang fungsional dan sesuai untuk setiap perbedaan tingkat usia atau kemampuan anak. Semua harapan dan tantangan itu berpusat pada satu titik yang ideal, dimana aktivitas bermain seharusnya ditempatkan.
Pada akhirnya, sebagai orang dewasa, orangtua, pendidik atau sebagai individu yang berhubungan dengan dunia anak, sudah semestinya bagi kita untuk membangun atmosfir yang positif, dengan senantiasa memberikan motivasi serta apresiasi terhadap anak-anak kita dalam melakukan kegiatan bermain. Setidaknya, kita bisa berangkat dari satu gerakan awal, yaitu dengan menghargai arti dan peran bermain sebagai satu hal yang serius, karena memang “play is a serious business of a child”.

1 komentar: